Pendahuluan
Culture shock atau gegar budaya dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi berbagai macam makna, tapi orang lebih mengerti definisi culture shock di mana seseorang merasa bingung atau canggung saat tiba-tiba berada di lingkungan yang serba asing.
Hampir semua mahasiswa yang kuliah di luar negeri pasti akan mengalami culture shock sekali dalam seumur hidup, dan percaya deh, kami juga pernah merasakannya!
Minggu-minggu pertama di negara baru memang terasa seru, bahkan seperti mimpi. Tapi setelah euforia awal itu hilang, realita mulai terasa… dan kadang bisa cukup bikin overwhelmed. Dan itu sepenuhnya wajar!

Kuliah di Luar Negeri ≠ Liburan
Ketika di rumah, kita dikelilingi hal-hal yang bikin nyaman: makanan favorit, bahasa yang otomatis kita pahami, dan kebiasaan yang masuk akal buat kita. Tapi begitu mendarat di negara baru dan sadar kalau kita bakal tinggal di sana cukup lama, semua hal familiar itu tiba-tiba hilang. Dan di situlah culture shock mulai terasa.
Tiba-tiba, “jam karet” bukan lagi sesuatu yang orang akan maklumi. Kamu mungkin kesulitan menyusun kata-kata karena harus bicara dalam bahasa Inggris terus-menerus. Dan, nggak ada lagi warmindo yang buka sampai jam 3 pagi buat nyelamatin kamu dari kelaparan tengah malam!
Fase Culture Shock yang Akan Kamu Alami
Kami tahu kamu pasti sudah nggak sabar buat berangkat ke luar negeri (wink wink 😉). Mungkin tiket pesawat sudah di tangan dan rasanya semuanya begitu mendebarkan.
Perasaan excited itu benar-benar nyata! Tapi seiring waktu, kamu mungkin akan mulai mengalami tahapan-tahapan culture shock berikut ini:
- Honeymoon Phase ✨: Semuanya terasa seperti petualangan! Gedung-gedung tinggi, kota yang ramai, kebebasan yang baru, dan peluang tak terbatas untuk bertemu orang-orang baru. Kamu terkagum-kagum dengan lingkungan sekitar, dan setiap hal kecil terasa menyenangkan.
- Frustration Phase 😩: Realita mulai terasa. Kamu mulai kangen makanan Indonesia. Bahasa yang berbeda bikin lelah. Kamu rindu teman-teman lama. Bahkan hal sederhana seperti belanja di supermarket atau ngobrol dengan orang lokal butuh usaha ekstra, dan itu melelahkan.
- Adjustment Phase 🍛 : Pelan-pelan, kamu mulai menyesuaikan diri. Akhirnya ketemu restoran Indonesia atau belajar masak nasi goreng sendiri yang entah kenapa rasanya mirip masakan Ibu. Kamu mulai punya teman yang ngerti selera humor kamu, dan semuanya terasa sedikit lebih mudah.
- Acceptance Phase 🌏: Kamu mulai membangun normal yang baru. Kamu semakin nyaman dengan perbedaan budaya, bisa melihat sisi positif dari keduanya, dan sadar bahwa nggak apa-apa kalau ada hari-hari yang berat. Dan saat hari itu datang? Percayalah, sepiring ayam goreng (walaupun dengan bumbu instan) bisa jadi penyelamat!
Mungkin saat ini, culture shock masih terasa seperti sesuatu yang jauh.
Tapi suatu saat nanti, kamu mungkin akan berpikir: Gimana kalau aku mulai kangen rumah? Gimana cara aku ngatasinnya?
Nah, coba lakukan aktivitas ini supaya kamu tahu hal-hal apa yang paling bikin kamu merasa ‘di rumah’ dan gimana cara membawa sedikit kehangatan itu ke luar negeri:

Tugas Minggu Ini:
- Tulis 3 Hal yang Mengingatkan Kamu pada Rumah: Pikirkan hal-hal kecil yang bikin kamu nyaman. Mungkin itu orang-orang di rumah, cemilan tengah malam yang selalu kamu sembunyiin, atau acara TV Minggu pagi yang selalu nyala di latar belakang. Gak ada jawaban yang salah, yang penting ini hal yang berarti buat kamu!
- Cari Cara untuk Membawanya ke Luar Negeri: Di sebelah setiap hal yang kamu tulis, coba pikirkan gimana cara meniru pengalaman itu saat kamu jauh dari rumah? Anggap ini latihan imajinasi! Tanyakan ke diri sendiri: Gimana aku bisa tetap merasakan kenyamanan ini meskipun aku nggak ada di rumah?
Contohnya, kalau kamu selalu nonton acara TV Minggu pagi, mungkin kamu bisa cari versi streaming-nya di YouTube atau platform lain! - Selesai! Sekarang, kamu punya daftar kecil yang bisa membantu saat culture shock melanda. Ini pengingat sederhana bahwa meskipun kamu jauh, rumah bukan cuma tempat, tapi juga perasaan yang bisa kamu bawa ke mana saja. 💙
Seri ini bukan tentang sisi glamor kuliah di luar negeri yang sering kamu lihat di media sosial. Sebaliknya, kami ingin membantu kamu menghadapi realita beradaptasi di budaya yang berbeda.
Nah, kira-kira ada nggak sih realita kuliah di luar negeri lain yang kamu penasaran? Yuk, tulis di kolom komentar!
Artikel ini adalah bagian dari "Study Abroad Essentials: Panduan untuk Mahasiswa Indonesia". Serial ini berisi pengalaman nyata dan tips dari mahasiswa Indonesia yang pernah studi ke luar negeri.
Baca artikel lainnya di sini.
Jika kamu tertarik untuk menggunakan Danacita sebagai opsi pendanaan untuk study abroad, kamu dapat mengunjungi link berikut. Tak hanya itu, kamu juga dapat menghubungi tim Danacita melalui Whatsapp di 0811-2281-1212