Default Avatar

Written By

Anugrah Putri

Membuka Akses Jalan Menuju Mimpi dan Pengetahuan Melalui Pendidikan

2022-02-25

Pada tanggal 23 Februari 2022, Gita Wirjawan yang merupakan mantan Menteri Perdagangan di masa periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam channel YouTubenya dengan episode Endgame, membahas tentang cara membuka jalan Indonesia menuju mimpi dan pengetahuan bersama Ketty Lie yang merupakan Co-Founder dari Erudifi, yang beroperasi sebagai Danacita di Indonesia.

Dengan pertanyaan “bagaimana cara berkontribusi kepada Indonesia yang lebih maju dan keren di tahun 2045?”, diskusi dimulai.

Gita Wirjawan berpikiran bahwa untuk memberikan perubahan, perlu ada pemahaman terlebih dahulu akan analisis kebijakan agar dapat memberikan solusi untuk berbagai permasalahan, apalagi yang sifatnya struktural. Selain itu, hal ini juga bukan hanya harus dilakukan di pemerintah saja, tetapi juga di dunia usaha maupun usaha non profit.

Ketty Lie melihat bahwa dalam dalam usaha mengubah suatu sistem yang bersifat struktural, bisa dimulai dari lingkungan, seperti dari suatu komunitas. Mengapa demikian?

“Karena jika mengikuti cara lama, contohnya dengan hanya membangun fasilitas saja seperti sekolah, rumah sakit dan yang lainnya tanpa ada sistem, maka tidak akan membawa dampak pada akhirnya,” ujar Ketty Lie.

Selanjutnya, Ketty Lie juga mempertanyakan “apa yang bisa mengubah Indonesia dan bersifat berkelanjutan serta benar-benar bisa mengubah keadaan realitas dan potensi yang dimiliki Indonesia?”

Salah satu cara menurutnya yaitu dengan membangun sumber daya manusia. Hal inilah yang melatarbelakangi didirikannya Erudifi, dengan tujuan untuk berfokus pada self investment atau investasi pada diri kita sendiri, dan salah satu caranya adalah melalui pendidikan.

Salah satu permasalahan yang ada di pendidikan Indonesia menurut Gita Wirjawan adalah minimnya kemauan masyarakat untuk mengedukasi diri sendiri. Lalu ia bertanya “mengapa Erudifi lebih berfokus pada pendanaan dan bukan langsung ke pendidikan?”.

Ketty Lie melihat bahwa di Indonesia, hanya sebanyak 30% orang yang mampu melanjutkan pendidikan sampai berkuliah dan 70%-nya masih tidak memiliki kesempatan. Alasan mendasar yang banyak ditemui adalah kemampuan ekonomi atau dana yang terbatas.

“Erudifi-Danacita berharap agar bisa membuka akses para pelajar untuk bisa mimpi setinggi mungkin dan mencapai cita-citanya tanpa perlu menurunkan standar, hal ini juga yang melatar belakangi nama Danacita,” ungkapnya.

Ketty Lie berharap mulai banyak muncul kesadaran tentang keuangan dengan berinvestasi jangka panjang, yaitu dengan pendidikan. Gita Wirjawan juga melihat bahwa masyarakat harus mulai sadar kalau pendidikan bukan merupakan investasi yang konsumtif, melainkan investasi yang bermanfaat terutama untuk diri sendiri.

“Dari kedua hal mendasar yaitu akses pendidikan dan pendidikan itu sendiri harus diperbaiki dengan beriringan, dan tidak bisa hanya dari satu peran atau pihak saja. Danacita mengambil peran dalam membantu di sisi akses pendidikan,” ujar Ketty Lie.

Bekerja sama dengan lembaga pendidikan langsung, Ketty Lie berpendapat bahwa Danacita ingin adanya kerjasama di mana pihak lembaga menjadi sosok peran yang membantu memberi pelatihan dengan Danacita yang membuka pintu akses supaya lebih besar ke masyarakat luas. Harapannya, dengan begitu Danacita bisa menjadi jembatan dalam mengatasi employment gap.

“Saya melihat bahwa beberapa dekade terakhir, pola pikir distrukturkan secara cepat, di mana manusia lebih mengedepankan sains sebelum filosofi atau cara seseorang berpikir dan melihat dunia. Hal ini dinilai kurang sehat karena filosofi adalah hal penting untuk memastikan bahwa ada kebijaksanaan dalam pemberdayaan sains. Ini juga merupakan PR untuk meningkatkan filosofi tentang pendidikan ke generasi muda agar mereka bisa menghasilkan kebijaksanaan dalam pemberdayaan teknologi yang ada,” ungkap Gita Wirjawan.

Ketty Lie melihat permasalahan yang disampaikan Gita Wirjawan juga setuju bahwa masih banyak lapisan pendidikan yang harus diperbaiki. Ia juga memiliki harapan bahwa Danacita bisa bekerja sama dengan mitranya dengan mengolah data yang dimiliki agar bisa membantu merubah, mengembangkan atau memberikan inovasi pada kurikulum yang ada.

“Dengan data tersebut, harapan kami juga agar bisa mendorong banyak anak di Indonesia untuk terus mau belajar, kalau bisa di banyak negara,” tambah Ketty Lie yang ingin bisa melihat dan membantu Indonesia melalui Danacita bisa berkembang dan memiliki kesempatan yang semakin luas di bidang pendidikan.

“Sistem yang ada, seberapa buruknya itu, ada karena mempunyai keuntungan dan diharapkan terjadi,” ujar Ketty Lie. Ia juga berharap Danacita bisa bekerja sama dengan mitra lembaga pendidikan yang resistensi untuk perubahan agar terdapat progres yang meningkat.

“Di zaman sekarang anak-anak tidak bisa mengikuti status quo melihat kebutuhan yang ada. Memulai inovasi di pendidikan dengan investasi pada manusia, bukan hanya mencapai gelar, tetapi juga membangun cara pikir, skill, dan pengetahuan yang lebih adaptif. Tidak hanya menerima dan download info saja tapi juga mengasah otak agar lebih siap,” jelas Ketty Lie.

Gita Wirjawan dan Ketty Lie kemudian pada akhirnya berpendapat bahwa masyarakat Indonesia harus mulai bisa investasi secara strategis dan berkelanjutan, bukan hanya yang cepat dan terlihat saja seperti aset. Selain itu juga harus menghidupkan budaya membaca dan memanfaatkan teknologi tetapi tidak sepenuhnya bergantung agar bisa berkontribusi kepada Indonesia yang lebih maju dan keren di tahun 2045.

Yuk Subscribe Danacita!

Dapatkan beragam tutorial, insight dan tips menarik langsung melalui email kamu. Dengan melakukan subscribe berarti kamu telah membaca dan menyetujui seluruh kebijakan privasi Danacita.

Subscribe Danacita!

Also tagged with

Default Avatar

Written By

Anugrah Putri